Oleh : Dedi Saputra,S.Sos.,M.I.Kom (Akademisi Universitas Nurdin Hamzah Jambi)
OPINI – Kepemimpinan ditingkat daerah memegang peranan penting dalam pembangunan dan kesejahteraan masyarakat setempat. Pemimpin daerah bertanggung jawab untuk mengimplementasikan kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan lokal, mengelola sumber daya dengan efisien, serta memastikan bahwa masyarakat menerima layanan yang mereka butuhkan. Hadirnya Undang-Undang otonomi daerah dalam rangka untuk memberikan ruang yang luas kepada pemimpin daerah untuk memberikan pelayanan yang terbaik dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.Secara tidak langsung, semangat otonomi daerah itu sendiri sebenarnya adalah untuk melahirkan pemimpin-pemimpin daerah yang lebih responsif, inovatif, dan bertanggung jawab, yang pada akhirnya akan membawa kemajuan dan kesejahteraan bagi daerah masing-masing.Namun, isu mengenai gaya kepemimpinan daerah yang lebih mengutamakan popularitas daripada intelektualitas kerap muncul terutama menjelang kontestasi elektoral ditingkat daerah terutama pada Pilkada serentak November 2024 di Provinsi Jambi baik Pemilihan gubernur maupun pemilihan walikota dan Bupati.
Fenomena ini menunjukkan bahwa, banyak pemimpin atau calon pemimpin daerah lebih fokus pada pencitraan dan kampanye populis daripada mengambil keputusan berdasarkan pengetahuan yang mendalam dan analisis yang komprehensif. dalam kontestasi elektoral, semua warga Provinsi jambi diberikan kesempatan yang sama untuk mencalonkan diri sebagai pemimpin lokal, dalam kompetisi tersebut, semua kandidat diberikan ruang yang bebas untuk mendapatkan simpati masyarakat atau pemilih,baik lewat gambar baliho yang lebih nyentrik, program santunan kepada orang yang tidak mampu,mengunjungi warga yang lagi sakit, silaturahim kepada tokoh masyarakat, berpenampilan lebih ramah kepada semua orang, berpenampilan sederhana didepan umum, lebih soleh, rajin ke masjid serta menjanjikan program yang spektakuler kepada masyarakat bawah. hal ini tidak menjadi masalah jika kegiatan tersebut telah menjadi rutinitas biasa sang calon pemimpin dalam kehidupannya sehari-hari, namun akan menjadi masalah jika kegiatan tersebut hanya dibuat-buat alias pencitraan belaka demi meraih kalimat “popularitas” tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kelihatannya, fenomena Kepemimpinan yang hanya berbasis Popularitas ini semakin lama akan semakin menggeser substansi dari kriteria kepemimpinan yang sebenarnya yang diinginkan oleh masyarakat Provinsi Jambi,biasanya pemimpin yang lebih mementingkan popularitas seringkali mengeluarkan kebijakan yang dangkal dan tidak berdasar pada penelitian atau data yang kuat. Misalnya, alokasi anggaran besar untuk proyek infrastruktur yang terlihat spektakuler tetapi tidak memiliki dampak jangka panjang yang signifikan bagi masyarakat. Kebijakan seperti ini mungkin mendatangkan perhatian media mainstream maupun viral di media sosial dan memuaskan keinginan jangka pendek masyarakat semata, tetapi pada akhirnya tidak menyelesaikan masalah mendasar yang ada di daerah tersebut,fenomena ini sedang terjadi dibeberapa daerah di tanah air termasuk di Provinsi Jambi ini.
Selain itu, pemimpin yang hanya mementingkan popularitas biasanya Kurang Inovasi dan stagnan dalam menjalankan program di daerahnya, Pemimpin yang kurang mengedepankan intelektualitas cenderung tidak memiliki visi jangka panjang dan inovasi. Mereka mungkin ragu untuk mengadopsi teknologi baru atau pendekatan yang berbeda karena takut kehilangan dukungan publik atau memang tidak memiliki konsep yang matang dalam memimpin daerahnya. Kurangnya inovasi ini dapat membuat daerah tertinggal dalam berbagai aspek, seperti ekonomi, pendidikan, dan infrastruktur. Sebagai contoh, daerah yang enggan mengadopsi teknologi pertanian modern mungkin melihat produktivitas yang stagnan dibandingkan dengan daerah yang berinovasi.padahal saat ini seorang kepala daerah atau pemimpin lokal dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif dalam mengembangkan program yang bisa memajukan daerah tersebut.pemimpin masa kini adalah pemimpin yang mampu beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang sedang terjadi terutama dalam menghadapi perkembangan dibidang teknologi digital yang begitu cepat dan massif.
Beberapa hasil riset menunjukkan bahwa, pemimpin yang hanya fokus pada popularitas seringkali tidak siap menghadapi situasi krisis. Tanpa dasar intelektual yang kuat, pemimpin yang hanya sibuk dengan popularitas akan kesulitan untuk merumuskan strategi yang efektif dan responsif terhadap berbagai tantangan. Sehingga dalam menyusun program terkesan hanya copy paste pada program sebelumnya dan Ini bisa berdampak buruk pada kestabilan dan kesejahteraan masyarakat. Contohnya, saat terjadi bencana alam, pemimpin yang tidak memiliki rencana tanggap darurat yang matang mungkin gagal dalam memberikan bantuan yang cepat dan tepat kepada masyarakat.
Maka dari itu, sebagai masyarakat Provinsi Jambi, kita tidak boleh mengabaikan Pentingnya Intelektualitas dalam Kepemimpinan Daerah, isu popularitas bukan barang haram dalam kontestasi Pilkada, hal itu bagian dari strategi komunikasi politik untuk menggaet suara pemilih bagi tim pemenangnya, namun kita sebagai pemilih jangan sampai terhipnotis dengan pemimpin yang hanya mengedepankan popularitas. kita harus mulai mendiskusikan atau mengkampanyekan kriteria kepemimpinan pada aspek intelektualitasnya, karena ini akan berdampak besar kepada daerah yang dipimpinya terutama dalam hal pengambilan kebijakan di Provinsi Jambi kedepanya.
Pemimpin yang intelektual akan mendasarkan keputusannya pada data dan penelitian yang akurat. Dirinya akan memahami pentingnya analisis mendalam sebelum mengambil tindakan, yang pada gilirannya menghasilkan kebijakan yang lebih efektif dan berkelanjutan. Pendekatan ini memastikan bahwa setiap keputusan yang diambil memiliki landasan yang kuat dan kemungkinan sukses yang tinggi. Sebagai contoh, kebijakan pembangunan ekonomi yang didasarkan pada analisis pasar dan kebutuhan masyarakat akan lebih efektif dibandingkan dengan kebijakan yang didasarkan pada asumsi dan persepsi semata. Sebagai Provinsi yang sedang berkembang dan sedang menggeliat menuju Provinsi yang berdaya saing tingkat Nasional, Provinsi jambi harus mengedepankan seorang pemimpin yang memiliki intelektualitas.
Kepemimpinan daerah yang hanya mengejar popularitas tanpa mengedepankan intelektualitas akan menghadapi berbagai tantangan dalam jangka panjang terutama dalam menghadapi kemajuan teknologi yang begitu pesat. Meskipun pencitraan dan kampanye populis dapat memberikan keuntungan politik sesaat, namun kebijakan yang dangkal dan kurangnya inovasi akan menghambat pembangunan daerah. Oleh karena itu, sebagai Masyarakat provinsi Jambi, sangat penting bagi kita semua untuk membicarakan secara serius tentang pemimpin daerah untuk mengedepankan intelektualitas dalam setiap aspek kepemimpinan mereka. Dengan mengambil keputusan berdasarkan data, mendorong inovasi, dan mampu mengelola krisis dengan efektif, pemimpin daerah dapat memastikan bahwa mereka benar-benar melayani kepentingan masyarakat dan memajukan daerah mereka secara berkelanjutan.
Terakhir, kriteria intelektualitas dalam kepemimpinan daerah di Provinsi Jambi sangat penting dalam rangka mendorong inovasi dan pembangunan berkelanjutan. Pemimpin yang berpendidikan dan berwawasan luas akan lebih terbuka terhadap ide-ide baru dan teknologi canggih. Mereka mampu melihat peluang di tengah tantangan dan merumuskan strategi yang kreatif untuk memajukan daerahnya. Misalnya, pengembangan teknologi ramah lingkungan di sektor energi dan transportasi yang dapat meningkatkan efisiensi sekaligus menjaga kelestarian lingkungan, konsep perkotaan yang ramah lingkungan yang mewujudkan suasana perkotaan yang damai dan asri, peningkatan SDM daerah melalui program beasiswa, dan pemimpin yang memiliki intelektualitas akan memiliki pola pikir “bagaimana meningkatkan anggaran” bukan “bagaimana menghabiskan anggaran” sehingga memiliki program inovasi dibidang keuangan dalam rangka meningkatkan Pendapatan Asli daerah.
Kita berharap, semua pihak mulai gencar mendiskusikan dan pembicarakan kembali tentang kriteria Intelektualias pemimpin lokal di Provinsi Jambi ini, baik dalam kontestasi Pemilihan Gubernur, walikota maupun Bupati. Sebagai pemilih kita harus berfikir lebih kritis dan mendalam terhadap calon pemimpin lokal yang muncul pada Pilkada serentak pada November 2024 ini,kita harus lebih selektif untuk melihat track and record calon kepala daerah, jangan sampai kita mendapatkan pemimpin yang bertopeng dibalik popularitas yang dibangun, namun sangat minim pada aspek intelektualitas dan integritas yang pada akhirnya akan merugikan daerah itu sendiri dalam jangka yang panjang.