Oleh : Tunik Darwanti (Mahasiswi Fakultas Ushuludin Universitas Sultan Thaha Saifudin Jambi)
OPINI – Abraham Geiger adalah seorang tokoh Yahudi Reformasi abad ke-19 yang terkenal dengan studinya mengenai hubungan antara Yudaisme dan Islam. Dalam studinya tentang Al-Qur’an, Geiger memandang bahwa terdapat pengaruh Yahudi yang signifikan dalam pembentukan ajaran Islam.
Pandangan Utama Pengaruh Yahudi dan Kristen : Geiger berpendapat bahwa banyak elemen dalam Al-Qur’an dipengaruhi oleh tradisi Yahudi dan Kristen. Dia mencatat kemiripan cerita-cerita Al-Qur’an dengan kisah-kisah dalam Taurat dan Injil. Misalnya, cerita tentang Musa dan Yesus dalam Al-Qur’an menurutnya menunjukkan pengaruh langsung dari teks-teks Yahudi dan Kristen.
Signifikansi dan Warisan : Meskipun kontroversial, pemikiran Geiger memainkan peran penting dalam pengembangan studi kritis tentang Al-Qur’an dan agama-agama Semitik. Karyanya membuka jalan bagi studi-studi lanjut yang lebih mendalam tentang hubungan antara agama-agama Semitik dan pengaruh saling silang di antara mereka.
Dalam karyanya, Geiger berpendapat bahwa Al-Qur’an menunjukkan pengaruh signifikan dari tradisi Yahudi. Dia mengidentifikasi banyak elemen dalam Al-Qur’an yang menurutnya dipinjam dari sastra rabinik dan tradisi Yahudi. Misalnya, dia menunjukkan kesamaan antara beberapa cerita dalam Al-Qur’an dan narasi dalam Talmud dan Midrash. Geiger juga menyoroti persamaan hukum dan moral yang ada dalam Al-Qur’an dengan hukum Yahudi.
Pandangan Geiger ini didasarkan pada pendekatan historis-kritis yang menganggap teks-teks agama sebagai produk dari konteks historis dan budaya tertentu. Oleh karena itu, menurut Geiger, memahami Al-Qur’an juga memerlukan pemahaman tentang konteks Yahudi dan Kristen di mana Islam muncul.
Namun, pandangan Geiger ini menerima banyak kritik, terutama dari para cendekiawan Muslim yang berpendapat bahwa pengaruh Yahudi dalam Al-Qur’an tidaklah signifikan atau bahkan tidak ada. Mereka menekankan bahwa Al-Qur’an adalah wahyu ilahi yang unik, yang tidak dapat direduksi menjadi hasil dari pengaruh agama lain. Selain itu, beberapa ahli studi Islam berargumen bahwa Geiger mungkin terlalu menekankan pengaruh Yahudi tanpa mempertimbangkan kompleksitas dan orisinalitas tradisi Islam.
Secara keseluruhan, pemikiran Abraham Geiger tentang Al-Qur’an memberikan perspektif yang menarik dalam studi perbandingan agama. Meskipun pandangannya kontroversial dan menerima kritik, analisisnya tetap relevan dalam diskusi akademis tentang interaksi antara tradisi agama yang berbeda. Meskipun pendapatnya sering diperdebatkan, kontribusinya tetap signifikan dalam bidang studi agama dan orientalisme.