Oleh : Miftahul Jannah [Mahasiswi Fakultas Ushuluddin, Universitas Sultan Thaha Saifuddin Jambi]
OPINI – Qira’at dapat dipahami sebagai bentuk pengucapan Al-Qur’an yang ditetapkan berdasarkan sanad yang sampai pada Rasulullah SAW. Qira’at ini memiliki perbedaan kecil baik intonasinya, pengucapan kata, panjang pendek, dan lainnya itu semua tergantung pada Imam mazhabnya. Seiring perkembangan zaman, Islam sangat menarik untuk dikaji, salah satunya adalah berkaitan dengan Al-Qur’an. Dalam hal ini bukan hanya orang-orang Islam saja yang tertarik akan tetapi orang-orang barat atau biasa disebut Orientalis juga tertarik untuk mengkaji Al-Qur’an. Tetapi, yang menjadi permasalahannya ialah mereka mengkaji Al-Qur’an terdapat banyak kekeliruan di dalamnya, bahkan mereka menganggap Al-Qur’an itu hanyalah rekayasa Nabi Muhammad SAW., sebuah ajaran yang tidak benar yang hanya di buat oleh manusia bukan dari Tuhan.
Orang barat bermaksud masuk ke dunia Islam dan ingin menghancurkan umat Muslim secara perlahan. Orientalis berupaya mempelajari Al-Qur’an guna mempermudah jalan Mereka memasuki dunia Islam, sebab Al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam dan kunci utama sekaligus pedoman hidup bagi umat Islam. Sebagai langkah awal orang barat menerjemahkan Al-Qur’an ke dalam bahasa latin dan bahasa Eropa. Tujuan utama mereka mengkaji Al-Qur’an ialah untuk membuktikan keotentikan dan keaslian Al-Qur’an, baik dari segi bacaan maupun tulisan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kajian mengenai Al-Qur’an ini termasuk salah satunya adalah tentang Qira’at. Bukan hanya diminati oleh kalangan umat Islam saja tetapi hal ini menarik perhatian para Orientalis, mereka menaruh minat besar untuk mengkaji. Orang-orang Orientalis melakukan kegiatan tadarus Al-Qur’an, kegiatan ini patut dicurigai sekaligus di apresiasi. Patut dicurigai karena kegiatan ini bisa menjadi kedok mereka untuk menyebarkan ajarannya kedalam Islam, sekaligus ingin merusak kesatuan umat Islam. Jika kekuatan umat Islam tidak kokoh maka mereka mudah saja diracuni pikirannya sehingga mereka keluar dari Islam. Patut di apresiasi karena mereka terkadang lebih luas pemikirannya dalam membedah suatu topik permasalahan.
Selain itu orang barat juga tidak terima dan merasa kecewa karena kitab suci Meraka mengalami beberapa kali pembaruan, sehingga tidak otentik lagi. Dari sinilah mereka berusaha membuktikan bahwa Al-Qur’an ini tidak asli lagi, salah satu senjata ampuh mereka adalah melalui cara baca Al-Qur’an yang bermacam-macam, dari sini mereka beranggapan mana mungkin kitab suci yang masih asli terdapat variasi dalam bacaannya.
Orientalis juga beranggapan bahwa Al-Qur’an terdapat kontradiksi bacaan. Variasi serta perbedaan bacaan ini menurut mereka merupakan sebuah kekacauan besar, yang memungkinkan bagi orang-orang untuk membaca Al-Qur’an semaunya. Perbedaan macam-macam Qira’at karena karakteristik tulisan Arab itu sendiri yang bentuk tulisannya sendiri dapat menghadirkan bacaan (suara vokal) yang berbeda tergantung pada peletakan titik, baik jumlah dan tempatnya. Adanya perbedaan harakat (tanda baca) yang tidak ditemukan batasannya dalam tulisan Arab sehingga memicu perbedaan membaca yang dapat menyebabkan perbedaan makna. Dalam membaca Al-Qur’an jika tidak hati-hati salah penyebutan satu huruf atau harakat saja maka maknanya sudah berbeda.
Dari sekian banyak kritik para Orientalis, sebagian sarjana Muslim memberikan tanggapan dan jawaban. Sebagian besar beranggapan bahwa Orientalis tidak begitu paham mengenai Qira’at mereka hanya mengkaji perbedaannya saja tapi tidak tahu mengapa bacaan tersebut berbeda. Terlebih lagi mereka melakukan kekeliruan dalam pengkajian Al-Qur’an karena mereka tidak mengkaji secara sistematis, tetapi mereka memilih mempelajari Qira’at dengan acak. Sehingga keberadaan Qira’at dalam pandangan mereka adalah sebuah kekacauan dan tidak memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lain.