Oleh : Lili Risma Badriatul Okta Ria (Mahasiswi UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi)
OPINI – Pandangan cristoph luxenberg, seorang orientalis yang cukup dikenal karena teorinya tentang asal-usul al-qur’an cukup kontrovesial dan telah memicu banyak perdebatan dikalangan akademisi dan peminat studi islam. luxenbreg merupakan nama samara dari Ephraem Malki yang berasal dari jerman penganut fanatik Kristian (Syriac Orthodox). Luxenberg mengklaim bahwa Bahasa al-qur’an sebenarnya bukan Bahasa Arab melainkan banyak dipengaruhi oleh Bahasa syiriak-aramaik sehingga banyak kata atau ungkapan yang sering dibaca keliru dan sulit dipahami. Didalam bukunya “The Syro-Aramaic Reading of the koran” bahawa banyak kata dan frasa dalam al-qur’an dapat ditelusuri Kembali ke Bahasa Syro-Aramaic (Bahasa arab suriah),menurutnya pemahaman al-qur’an dapat lebih mendalam jika dilihat melalui lensa bahasa dan budaya Syro-Aramaic.
Beberapa pandangan luxenbreg mengenai Al-qur’an
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
a) Luxenberg mengajukan kritik terhadap otentisitas bahasa al-Quran. Menurutnya, ada banyak hal yang harus direkonstruksi dan dikaji ulang dalam al-Qur’ an, termasuk persepsi mengenai asal bahasa al-Qur’an.
b) Luxenberg juga menilai bahwa terdapat banyak kata di dalam al-Quran yang disalah bacakan dan disalah artikan oleh para sarjana tafsir Muslim sehingga menimbulkan makna-makna yang ambigu.
c) Luxenberg juga mengklaim bahwa; bahasa Alquran sebenarnya adalah bukan bahasa Arab melainkan banyak dipengaruhi oleh Bahasa Syiriak-Aramaik sehingga banyak kata atau ungkapan yang sering dibaca keliru dan sulit dipahami, kecuali merujuk ke Syiriak-Aramaik yang konon merupakan Lingua Franca pada masa itu.
d) Menurut Luxenberg, beberapa bagian dari al-qur’an adalah teks Kristen awal yang telah disalah pahami atau salah ditransmisikan Ketika ditulis dalam Bahasa arab.
Apa yang diungkapkan oleh Luxenberg dalam kajian semantiknya terhadap alQur’an, menuai banyak sanggahan, baik dari kalangan orientalis itu sendiri, maupun Muslim. Kajian al-Qur’an yang dilakukan oleh christoph sangat keliru dan jauh dari kebenaran. Bahkan Luxenberg mengatakan bahwa syariat yang ada dalam alQur’an. Hal ini tentu bertentangan dengan pendapat orientalis lainnya yang tentu dapat dijadikan sanggahan bagi Luxenberg. Beberapa kritikan tersebut yaitu:
a) Dr Tyler Orientalis dari Jenawa ini, mengatakan bahwa Al Qur’an berbeda dengan kitabkitab samawi lainnya, di dalamnya tidak saling bertentangan. Ia mempunyai sanad, sehingga tidak diragukan lagi lafal-lafalnya berasal dari Allah.
b) Adian Husaini Menyatakan bahwa Christoph ini dipandang sebagai ancaman terhadap kajian Al-Quran bahwa Christoph telah keliru dalam kajiannya. Letak kekeliruannya juga terdapat pada kesimpulannya yaitu tentang qiraat dalam Al-Qur’an menunjukkan bahwa bahasa Arab pada waktu itu belum mantap dan belum dipakai untuk bahasa tulis. Dan kitab gundul pada waktu itu menjadi salah satu sebab terjadinya perbedaan qira’at. Dari sini kekeliruannya sangatlah jelas, karena dia menyamakan qira’at dengan rasm, yang pada sebenarnya jika melihat kitab klasik, baik yang berkaitan dengan bahasa Arab secara umum maupun yang ada pada kitab Ulumul Quran, akan ditemukan bahwa tulisan Arab mengalami perkembangan sepanjang sejarah.
c) Syamsuddin Arief Seorang peneliti Orientalisches Seminar di Frankfrurt Jerman, memberikan sanggahan sanggahan ilmiahnya terhadap teori Luxenberg.Pertama, Luxenberg mengira alQur’an dibaca berdasarkan tulisannya sehingga pembaca boleh seenaknya berspekulasi tentang suatu bacaan; kedua, Luxenberg menganggap tulisan adalah segalanya, menganggap manuskrip sebagai patokan sehingga suatu bacaan harus disesuaikan dengan dan mengacu pada teks; dan ketiga, Luxenberg menyamakan al-qur’an dengan Bible, di mana pembaca boleh mengubah dan mengotak-atik teks yang dibacanya bilamana dirasa tidak masuk akal dan sulit dipahami.
Secara keseluruhan, pandangan Christoph Luxenberg menambah lapisan kompleksitas dalam studi Al-Qur’an dan asal-usulnya, namun pandangan tersebut harus dilihat dengan kritis dan dalam konteks metodologis yang tepat. Sebagai bagian dari diskursus akademis, teori-teorinya memperkaya debat tentang interpretasi teks suci, tetapi juga menunjukkan pentingnya pendekatan yang hati-hati dan berbasis bukti dalam penelitian keagamaan.