Oleh : Muhammad Qasim (Mahasiswa UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi)
OPINI – Al-Qur’an merupakan kitab suci bagi umat Islam yang dianggap sebagai pedoman hidup yang sempurna. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa terdapat perbedaan dalam interpretasi terhadap ayat-ayat al-Qur’an, bahkan di kalangan umat Islam sendiri. Salah satu metode yang sering digunakan dalam pemaknaan al-Qur’an adalah metode Bible.
Metode Bible adalah sebuah pendekatan yang menggunakan penafsiran al-Qur’an berdasarkan ayat-ayat Bible, kitab suci bagi umat Kristen. Metode ini sering digunakan oleh sebagian masyarakat Islam yang sudah mengenal dan mempelajari Bible, atau oleh mereka yang terpengaruh oleh pemikiran Kristen. Namun, apakah penggunaan metode Bible dalam pemaknaan al-Qur’an dapat dianggap sah?
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Menurut saya, penggunaan metode Bible dalam pemaknaan al-Qur’an sebenarnya tidak dapat dianggap sebagai sebuah pemaknaan yang sah.
Hal ini dikarenakan setiap kitab suci memiliki konteks dan budaya yang berbeda, sehingga pemaknaan sebuah ayat dari kitab suci lain tidak dapat diaplikasikan begitu saja. Selain itu, al-Qur’an dan Bible juga memiliki perbedaan dalam bahasa dan gaya penulisan sehingga pemahaman terhadap keduanya juga akan berbeda.
Misalnya, ayat-ayat al-Qur’an yang berbicara tentang nabi Isa (Yesus) yang sering diinterpretasikan oleh pengguna metode Bible sebagai nabi yang sama dengan Isa dalam Bible. Padahal, dalam al-Qur’an sendiri ditegaskan bahwa Isa adalah seorang nabi dan rasul dari Allah, bukan Tuhan yang disembah. Hal ini menunjukkan bahwa pemaknaan al-Qur’an dengan menggunakan ayat-ayat Bible tidaklah tepat dan dapat menimbulkan kesalahpahaman.
Selain itu, penggunaan metode Bible dalam pemaknaan al-Qur’an juga dapat menimbulkan konflik dan perpecahan di antara umat Islam. Sebagian masyarakat muslim yang menggunakan metode ini sering kali dianggap sebagai orang yang menyimpang dari ajaran Islam yang sebenarnya. Hal ini dapat membawa dampak negatif bagi persatuan dan kesatuan umat Islam.
Sebagai umat Islam yang mengimani al-Qur’an sebagai petunjuk hidup yang sempurna, sebaiknya kita menggunakan metode yang sesuai dengan ajaran Islam dalam memahami dan menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an. Metode yang dapat digunakan antara lain adalah metode tafsir bil-ma’tsur (tafsir berdasarkan riwayat-riwayat yang sahih), tafsir bi-l-ra’yi (tafsir berdasarkan pemahaman dan pengetahuan) dan tafsir bi-l-qur’an (tafsir berdasarkan ayat-ayat al-Qur’an yang saling menjelaskan).
Dengan menggunakan metode tafsir yang sesuai dengan ajaran Islam, diharapkan umat Islam dapat memahami al-Qur’an dengan lebih baik dan menghindari kesalahpahaman serta perpecahan. Selain itu, penting bagi kita untuk menghormati dan menghargai perbedaan dalam interpretasi al-Qur’an antara satu sama lain, asalkan tetap didasarkan pada ajaran Islam yang benar.
Dalam akhirnya, metode Bible dalam pemaknaan al-Qur’an tidak dapat dianggap sebagai sebuah metode yang sah dan dapat menimbulkan kesalahpahaman serta perpecahan dalam umat Islam. Sebagai seorang muslim, marilah kita menggunakan metode tafsir yang sesuai dengan ajaran Islam untuk memahami dan mengaplikasikan ajaran al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga kita dapat menjadi umat yang lebih bersatu dan dapat memperkuat keimanan kita kepada Allah SWT.