Oleh : Abdul Gapur, S.H
Kepemimpinan Gubernur Al Haris sering kali digambarkan sebagai keberhasilan besar dalam membangun Provinsi Jambi. Dengan dukungan yang tampak solid dari para elit politik dan liputan media yang positif, banyak yang mungkin terpesona oleh citra keberhasilan yang dibangun dengan cermat. Namun, di balik narasi yang indah ini, ada realitas yang jauh berbeda yang dihadapi oleh masyarakat Jambi. Al Haris, dalam banyak hal, seolah-olah berdiri di atas awan terlihat tinggi dan kokoh dari kejauhan, namun pada kenyataannya, pijakannya tidak sekuat yang terlihat.
Ketimpangan pembangunan di bawah kepemimpinan Al Haris menjadi salah satu bukti nyata bahwa narasi kesuksesan yang dibangun lebih banyak berdasarkan pada pencitraan daripada capaian riil. Program-program yang dicanangkan sering kali hanya menjadi wacana tanpa realisasi yang memadai. Misalnya, janji untuk meningkatkan kualitas infrastruktur di daerah-daerah pinggiran Provinsi Jambi sering kali tidak terealisasi dengan baik. Sementara beberapa proyek besar di pusat kota mendapatkan perhatian lebih, wilayah-wilayah pedalaman masih terjebak dalam kondisi jalan yang buruk, akses listrik yang terbatas, dan minimnya fasilitas kesehatan yang memadai.
Data pembangunan menunjukkan adanya kesenjangan yang signifikan antara daerah perkotaan dan pedesaan. Anggaran yang dikeluarkan oleh pemerintah provinsi sering kali tidak mencerminkan kebutuhan nyata dari masyarakat yang paling membutuhkan. Program-program pengentasan kemiskinan, misalnya, tidak mampu menyentuh akar permasalahan dan sering kali hanya menjadi upaya tambal sulam yang tidak berkelanjutan. Tingkat kemiskinan di beberapa daerah justru tetap tinggi, mengindikasikan bahwa ada sesuatu yang salah dalam pelaksanaan program-program tersebut.
Dukungan dari para elit politik Jambi terhadap Al Haris juga tampak lebih sebagai bentuk loyalitas politik daripada penilaian obyektif terhadap kinerja nyata. Dalam berbagai kesempatan, dukungan ini lebih cenderung dipublikasikan secara luas untuk menguatkan citra Al Haris sebagai pemimpin yang didukung oleh banyak pihak. Namun, dukungan ini sering kali tidak diikuti oleh evaluasi kritis terhadap kebijakan-kebijakan yang diambil, sehingga banyak program yang berjalan tanpa pengawasan yang memadai.
Pembangunan yang timpang ini juga mencerminkan ketidakmampuan Al Haris untuk memahami dan mengelola kebutuhan provinsi secara menyeluruh. Alih-alih membangun Jambi secara merata, perhatian lebih banyak tertuju pada proyek-proyek yang lebih mudah diakses oleh media, yang kemudian dijadikan alat untuk memperkuat citra keberhasilan. Sayangnya, ketidakmampuan untuk menangani masalah-masalah mendasar ini hanya akan menambah beban di masa depan.
Sementara Al Haris mungkin tampak berdiri di atas awan, kenyataannya, awan ini hanya ilusi yang diciptakan oleh pencitraan dan dukungan politis yang tidak berdasar pada kenyataan. Provinsi Jambi memerlukan pemimpin yang tidak hanya pandai dalam pencitraan, tetapi juga memiliki keberanian untuk menghadapi masalah nyata yang dihadapi masyarakat. Saatnya bagi kita untuk tidak lagi terpesona oleh penampilan dan mulai menuntut hasil yang nyata dari kepemimpinan provinsi ini.
Provinsi Jambi membutuhkan lebih dari sekadar narasi keberhasilan; kita membutuhkan pemimpin yang benar-benar mengerti tantangan di lapangan dan memiliki komitmen untuk mengatasinya. Sebuah pembangunan yang berdiri di atas awan mungkin tampak megah dari kejauhan, tetapi tanpa fondasi yang kuat, ia hanya akan runtuh di bawah tekanan. Saatnya untuk kembali menapak ke bumi dan melihat kenyataan yang ada, serta menuntut kepemimpinan yang mampu memberikan hasil nyata bagi seluruh masyarakat Jambi.