Oleh : Dedi Saputra,S.Sos.,M.I.Kom (Akademisi)
Ketika Gubernur Jambi, Al Haris, berdiri di depan media dan menyatakan dengan tegas akan mengambil langkah serius untuk menindak angkutan batu bara yang melanggar aturan, banyak yang awalnya berharap ini menjadi titik balik bagi penataan sektor tambang di Jambi. Namun, janji yang terlihat tegas itu ternyata hanya sebatas panggung depan sebuah permainan retorika yang di belakang layar tidak mencerminkan kenyataan di lapangan. Faktanya, angkutan batu bara tetap melaju tanpa dosa, merusak jalanan, memicu kemacetan, dan melukai kehidupan masyarakat setempat tanpa ada tindakan nyata yang menghentikan mereka.
Kenyataan ini semakin memperjelas bahwa di balik panggung depan Al Haris, terdapat ketidakmampuan yang mencolok dalam menangani masalah batu bara yang sudah lama mencekik Provinsi Jambi. Pernyataan tegas di depan media hanya menjadi alat kosmetik politik, sementara persoalan batu bara terus bergulir seolah tanpa batas. Pemerintahannya gagal mengendalikan dan menegakkan kebijakan yang seharusnya berpihak kepada rakyat, bukan kepada kepentingan tambang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Panggung Depan Al Haris yang Hanya Retorika
Al Haris berulang kali berjanji bahwa ia akan menertibkan angkutan batu bara yang melanggar aturan. Bahkan, instruksi khusus untuk menindak truk-truk nakal yang mengabaikan jalur-jalur yang diperuntukkan sudah berulang kali dikeluarkan. Namun, janji tersebut tampaknya hanya menjadi wacana yang tak pernah mencapai implementasi. Truk-truk batu bara terus berlalu lalang di jalan-jalan utama Jambi, mengganggu aktivitas warga, merusak infrastruktur, dan menimbulkan polusi udara yang semakin parah.
Apakah tindakan ini hanya sekadar menenangkan keriuhan publik dan media? Kesan yang muncul adalah Al Haris lebih sibuk membangun citra ketegasan, namun di belakang layar, ia tidak mampu mengatasi atau bahkan mungkin melawan tekanan dari para pemangku kepentingan tambang yang memiliki kekuatan ekonomi dan politik lebih besar. Seolah-olah, panggung depan kepemimpinan Al Haris adalah simbol dari kegagalan substansial di baliknya.
Krisis yang Memburuk dan Kegagalan Al Haris
Masalah batu bara di Jambi bukan hanya tentang angkutan yang menyalahi aturan. Ini adalah soal tata kelola sumber daya alam yang seharusnya dikelola dengan bijak dan berkelanjutan, namun malah berakhir dengan kerusakan lingkungan yang parah, konflik sosial, serta kesenjangan ekonomi yang semakin menganga. Al Haris, dalam perannya sebagai Gubernur, seharusnya menjadi figur yang mampu mencari solusi holistik terhadap masalah ini. Namun, apa yang terjadi justru menunjukkan kegagalannya dalam membangun visi jangka panjang dan keberpihakan nyata kepada masyarakat.
Alih-alih memperbaiki sistem dan menciptakan solusi yang melibatkan masyarakat lokal, pemerintahan Al Haris justru lebih banyak terlihat mengambil langkah-langkah reaksioner yang tidak berkelanjutan. Kebijakan tambal sulam yang tidak mampu menyelesaikan akar masalah ini menjadi bukti nyata ketidakmampuannya memimpin Jambi keluar dari krisis batu bara.
Batu Bara Tetap Berjalan, Rakyat Tetap Menderita
Angkutan batu bara yang terus berjalan tanpa dosa bukanlah hanya masalah teknis. Ini adalah simbol dari bagaimana kepemimpinan Al Haris telah gagal melindungi kepentingan rakyat Jambi. Jambi terpuruk dalam jeratan batu bara, di mana masyarakat harus menghadapi dampak lingkungan, kemacetan, dan kerusakan infrastruktur yang mempengaruhi kualitas hidup mereka. Sementara itu, keuntungan dari eksploitasi batu bara lebih banyak dinikmati oleh segelintir elit.
Al Haris mungkin bisa terus tampil di panggung depan dengan janji-janji penindakan dan perbaikan, namun jika tidak ada perubahan nyata di lapangan, ia akan tercatat dalam sejarah sebagai pemimpin yang gagal membawa Jambi keluar dari krisis batu bara. Panggung depan yang ia tampilkan tidak bisa lagi menyembunyikan kenyataan pahit yang dirasakan masyarakat setiap harinya—bahwa di bawah kepemimpinannya, Jambi semakin terpuruk dalam jeratan masalah batu bara tanpa ada harapan nyata untuk perubahan.
Kegagalan Kepemimpinan yang Nyata
Gubernur Al Haris telah gagal dalam memenuhi janji-janjinya untuk menyelesaikan masalah batu bara di Jambi. Janji-janji di media hanya menjadi panggung depan yang kosong, sementara kenyataannya, batu bara tetap melaju tanpa dosa, dan Jambi terus terpuruk dalam krisis ini. Kepemimpinan yang seharusnya memberikan solusi bagi masyarakat justru hanya menghasilkan retorika tanpa tindakan nyata, meninggalkan Jambi dalam kondisi yang semakin memburuk.