Oleh : Ihza Zilullah (Mahasiswa UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama)
OPINI : Studi atas kajian Al-Qur’an masih menjadi objek bahasan yang menarik baik dikalangan muslim sendiri maupun non-muslim. Sehingga kitab suci Al-Qur’an ini sering dijadikan sasaran untuk menggoyahkan aqidah umat Islam. Hal ini bisa jadi karena AlQur’an sendiri adalah satu-satunya kitab yang dengan tegas menyatakan keterbebasan dari keragu-raguan dan terdapat jaminan kebenaran akan keseluruhan isi kitab yang tidak ada tandingannya. Bukan hanya itu saja, Al-Qur’an juga merupakan mukjizat, pedoman, dan petunjuk untuk bisa menggapai kebahagiaan dunia akhirat. Serta adanya fakta keaslian Al-Qur’an sebagai wahyu/kalamulla. Dan setiap muslim setuju akan hal ini. Akan tetapi kesempurnaan yang ada di kitab suci umat Islam, Al-Qur’an menimbulkan ketidak senangnan beberapa golongan orang non-islam. Sebagaimana yang telah disebutkan dalam Al-Qur’an, orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan berhenti dalam usahanya untuk membuat umat Islam akan berpaling dari kebenaran dan mengikuti mereka.
Menggali orientalisme dalam kajian Islam, akan selalu menarik dan seolah tidak akan habis tema karena luasnya cakupan karya orientalis. Penulis dapat mengatakan bahwa hampir semua bidang kajian dan studi Islam terkait dengan orientalisme, termasuk tafsir, hadis, fikih, filsafat, sufisme, dan sejarah. Masing-masing bidang kajian dan studi tidak terlepas dari sentuhan analisis para orientalis, bahkan mereka berhasil menghasilkan karya yang tidak dapat dilakukan oleh sebagian umat Islam. Di sana pula kita akan memahami bagaimana Barat memandang Islam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Hal ini disebabkan Islam adalah salah satu peradaban yang mampu menjadi lawan yang tangguh bagi ateisme dan materialisme dalam budaya Barat modern, yang tanpa mengenal rasa takut, siap menghadapi segala tantangan dalam berbagai bentuknya. Lewat kajian orientalisme, Barat mencoba untuk memahami Islam agar dapat dihancurkan dari dalam dan menggagalkan setiap usaha untuk membangkitkan kembali peradaban Islam.
Namun demikian, walaupun terjadi keruntuhan dalam peradaban Islam dan kemunduran telah dialami oleh begitu banyak umat muslim sebagai akibat penerapan ideologi asing, pada kenyataannya Islam masih tetap merupakan kekuatan aktif dan vital di dunia. Tulisan ini berupaya menggali kajian orientalis dalam kajian Islam.
Diskursus atau konsep Alquran dalam perspektif ilmuan Barat dan orientalis selalu menarik untuk dibahas. Al-Qur’an mengklaim dirinya sebagai kitab yang terbebas dari keraguan (larayba fih), dijamin keotentikannya, dan bahkan sampai saat ini tidak ada kitab yang dapat diadu dengannya. Namun, telah terjadi pergeseran cara pandang di kalangan sarjana terhadap Al-Qur’an sejak beberapa dekade terakhir sebelum berakhirnya abad XX. Huston Smith dalam The World Religions mengatakan bahwa belum pernah ada kitab dalam khazanah keagamaan pada kebudayaan lain yang demikian sulit dipahami oleh orang Barat selain Alquran. Apabila di masa-masa sebelumnya kitab suci tersebut dipandang secara teologis, fenomena Alquran dari sisi asal usul dari mana ia berasal, maka akhir-akhir ini fenomena tersebut didekati sebagai fenomena independen, sebagai sebuah fakta budaya bukan karena sumber kemunculannya, tetapi karena dirinya sendiri memang bermakna bagi.