Menikmati Kemerdekaan Republik Indonesia, Antara Rakyat Sengsara, Pejabat Tertawa? 

Avatar

- Redaksi

Jumat, 16 Agustus 2024 - 14:14 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh: Dedi Saputra,S.Sos.,M.I.Kom (Akademisi)

Hari Kemerdekaan yang kita rayakan setiap 17 Agustus bukan hanya sebuah simbol, tetapi pengingat akan perjuangan para pendiri bangsa yang gigih memperjuangkan kemerdekaan. Mereka berjuang dengan jiwa dan raga untuk memastikan masa depan yang lebih baik bagi seluruh rakyat Indonesia. Namun, semangat dan pengorbanan tersebut tampaknya mulai pudar di tengah kondisi politik dan ekonomi yang semakin tidak menentu.

Dalam beberapa tahun terakhir, indeks demokrasi Indonesia mengalami fluktuasi yang mencemaskan. Data dari Economist Intelligence Unit (EIU) menunjukkan bahwa pada tahun 2023, Indonesia berada pada posisi ke-64 dari 167 negara, dengan skor 6,48 dalam indeks demokrasi. Meskipun masuk kategori “demokrasi cacat”, penurunan ini mengindikasikan adanya krisis kepercayaan terhadap lembaga-lembaga politik. Para pejabat negara sibuk berebut kekuasaan dan mempertahankan posisinya, mengesampingkan tanggung jawab untuk melayani rakyat. Hal ini diperparah dengan banyaknya kasus korupsi yang melibatkan pejabat tinggi, sehingga memperparah krisis kepercayaan masyarakat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Disisi ekonomi, ketimpangan semakin menganga. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada awal tahun 2024 mencatat angka kemiskinan di Indonesia mencapai 9,54% atau sekitar 26,36 juta orang. Angka ini menandakan bahwa puluhan juta rakyat Indonesia hidup di bawah garis kemiskinan, berjuang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi yang dicapai seringkali hanya dinikmati oleh segelintir orang, memperlebar kesenjangan antara si kaya dan si miskin. Bahkan, laporan Oxfam menyebutkan bahwa kekayaan empat orang terkaya di Indonesia setara dengan kekayaan 100 juta rakyat miskin. Ini adalah kenyataan pahit yang harus kita hadapi di tengah perayaan kemerdekaan.

BACA JUGA :  Hadiri Konsolidasi Partai Gelora, Romi - Sudirman Optimis Jemput Kemenangan 

Dari segi sosial dan budaya, nilai-nilai kebersamaan dan gotong royong yang dulu menjadi ciri khas bangsa Indonesia kini semakin terkikis oleh individualisme dan materialisme. Perubahan ini tidak hanya mempengaruhi hubungan antarindividu, tetapi juga melemahkan kohesi sosial dan solidaritas masyarakat. Banyak komunitas yang terpecah oleh kepentingan pribadi atau kelompok, mengesampingkan tujuan bersama.

Semangat Hari Kemerdekaan seharusnya menjadi momen refleksi bagi kita semua. Sudah saatnya kita menelaah kembali tujuan dan cita-cita para pendiri bangsa, serta bagaimana kita bisa mengembalikan semangat perjuangan mereka dalam kehidupan sehari-hari. Kita perlu mengedepankan dialog dan kerja sama, bukan hanya di tingkat pemerintah, tetapi juga di masyarakat. Kita perlu mendukung upaya untuk memberantas korupsi dan menyuarakan kepentingan rakyat kecil yang selama ini terpinggirkan.

BACA JUGA :  Gencar Sosialisasi, Cawabup Amin Dialog Bersama Warga Pulau Pinang 

Dalam bidang ekonomi, kita harus memastikan bahwa pertumbuhan ekonomi yang kita capai adalah pertumbuhan yang inklusif, yang bisa dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Ini bisa dicapai melalui kebijakan yang mendukung usaha kecil dan menengah, investasi di bidang pendidikan dan kesehatan, serta upaya untuk memperkecil kesenjangan sosial ekonomi.

Di ranah sosial dan budaya, kita perlu memperkuat kembali nilai-nilai kebersamaan dan gotong royong. Pendidikan memainkan peran penting dalam hal ini, dengan menanamkan nilai-nilai tersebut sejak dini. Selain itu, kita perlu mendorong partisipasi masyarakat dalam berbagai kegiatan sosial dan budaya, untuk mempererat ikatan antarwarga dan memupuk rasa saling percaya.

Mari jadikan Hari Kemerdekaan ini sebagai awal baru untuk membangun Indonesia yang lebih baik. Kita harus menghidupkan kembali semangat perjuangan para pendiri bangsa, dengan berfokus pada kesejahteraan rakyat dan keadilan sosial. Ini adalah tantangan besar, tetapi dengan kerja sama dan semangat yang sama, kita bisa mencapai cita-cita bangsa yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur.

Print Friendly, PDF & Email

Editor : Redaksi

Berita Terkait

Raport Merah Kepemimpinan Al Haris, Ketimpangan dan Janji yang Tak Terpenuhi
Al Haris dan Gagalnya Penanganan Persoalan Batu Bara di Jambi
Kritikan untuk Gubernur Al Haris : Menelisik Kepemimpinan yang Terjebak Dalam Imaji Pembangunan
Buruk Rupa Politik di Tanah Melayu Jambi
Kepemimpinan Al Haris : Berdiri Diatas Awan Tanpa Fondasi yang Kuat
Romi Hariyanto, Pejuang Demokrasi dan Harapan Baru untuk Provinsi Jambi
Fata Morgana Demokrasi di Tengah Konstitusi yang Dikebiri : Menatap Realita Suram Demokrasi Indonesia
Langkah Fenomenal Politik Jokowi, Antara Pragmatisme dan Idealisme Politik

Berita Terkait

Sabtu, 14 September 2024 - 18:59 WIB

Tak Takut Dipecat, Kader Partai Demokrat Tanjabtim Tegas Dukung Romi – Sudirman di Pilgub Jambi 

Sabtu, 14 September 2024 - 16:54 WIB

Kunjungi Posko-posko Pemenangan di Kuala Tungkal, Cagub Romi Hariyanto Disambut Antusias Pendukung dan Relawan Merakyat

Sabtu, 14 September 2024 - 16:47 WIB

Gencar Sosialisasi, Cawabup Amin Dialog Bersama Warga Pulau Pinang 

Jumat, 13 September 2024 - 19:12 WIB

Hadiri Konsolidasi Partai Gelora, Romi – Sudirman Optimis Jemput Kemenangan 

Senin, 9 September 2024 - 23:27 WIB

Komitmen Cabup Dillah Hich Program Berobat Gratis

Senin, 9 September 2024 - 08:35 WIB

Pengamat Komunikasi Politik : Program 100 Juta Setiap RT Maulana-Diza Populis dan Realistis

Minggu, 8 September 2024 - 18:50 WIB

Rangkul Pemuda, Cawabup Amin Silaturahim dan Tukar Pikiran Bersama Muda Mudi Desa Teluk Sialang

Minggu, 8 September 2024 - 18:33 WIB

Kunjungan ke Mendahara Ulu, Dillah Disambut Antusias Warga 

Berita Terbaru