Oleh: Dedi Saputra,S.Sos.,M.I.Kom (Dosen Ilmu Komunikasi Univ. Nurdin Hamzah )
OPINI – Dalam dinamika politik lokal di Indonesia, narasi tentang pengaruh suku tertentu dalam kontestasi Pilkada memang sering kali menjadi pusat perhatian dari semua kalangan. Kabupaten Tanjung Jabung Timur, sebuah kabupaten yang kaya akan keberagaman etnis dan budaya, tidak luput dari stereotip ini yang juga berkembang ditengah masyarakat Tanjab Timur. Masyarakat sering memandang bahwa, identitas suku berperan besar dalam menentukan kemenangan seorang calon bupati dalam Pilkada. Di balik pendapat ini, menurut saya terdapat ruang yang luas untuk kita mengembangkan perspektif kritis yang lebih mendalam, lewat tulisan sederhana ini saya mencoba menjawab sejauh mana faktor suku benar-benar mempengaruhi hasil dalam kontestasi Pilkada terutama di Tanjab Timur.
Kabupaten Tanjung Jabung Timur terletak di Provinsi Jambi dengan julukan Bumi Sepucuk Nipah Serumpun Nibung ini, sebuah wilayah Kabupaten yang memiliki sejarah yang cukup panjang dan tradisi yang kuat dalam konteks politik lokal. Dinamika suku di wilayah ini mencerminkan keragaman yang kaya, dengan suku-suku seperti Melayu, Minangkabau, Bugis, Jawa, Batak dan lainnya saling berbaur satu dengan lainnya. Dalam konteks pemilihan kepala daerah di Tanjab Timur, sering kali terlihat pola dukungan yang konsisten dari suatu kelompok suku tertentu terhadap kandidat yang berasal dari suku yang sama. Hal ini menimbulkan kesan bahwa suku dapat menjadi faktor penentu utama dalam politik lokal di Kabupaten Tanjung Jabung Timur itu sendiri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Namun, penting untuk kita pahami, terutama bagi anak muda agar tidak terjebak dalam pemikiran ini. Kemenangan dalam kontestasi Pilkada tidak hanya tentang mendapatkan dukungan mayoritas dari satu kelompok etnis atau suku tertentu saja, tetapi juga tentang bagaimana kandidat itu mengelola kampanyenya secara keseluruhan dan massif. Visi, kebijakan yang konkret, dan kemampuan untuk membangun koalisi politik yang solid hingga diakar rumput menjadi faktor yang tidak kalah pentingnya untuk meraih kemenangan dalam kontestasi Pilkada di Tanjab Timur ini. Kalkulasi ini mengingatkan kita bahwa, Pilkada merupakan proses kalkulasi ilmiah bukan hanya sekadar terkungkung oleh mitologi kalkulasi sukuisme dalam konteks Pilkada tahun 2024 ini.
Kita harus menyadari bahwa, pergeseran sosial dan politik yang terjadi di Tanjung Jabung Timur juga menambah kompleksitas dalam analisis kondisi pemilihan kepala daerah saat ini. Globalisasi dan teknologi informasi telah membuka akses masyarakat Tanjab Timur terhadap informasi dan memungkinkan mereka untuk terlibat secara lebih aktif dalam proses politik terutama dalam kontestasi Pilkada tahun ini. Generasi muda, misalnya, seringkali lebih cenderung untuk memilih kandidat berdasarkan pada isu-isu aktual, integritas, dan kapasitas kepemimpinan daripada hanya mempertimbangkan aspek suku semata.
Perubahan ini mencerminkan pentingnya memahami bahwa politik lokal tidak dapat dikekang dalam satu dimensi saja. Penilaian terhadap kualitas kepemimpinan dan kemampuan administratif seorang calon harus didasarkan pada data dan analisis yang komprehensif. Faktor-faktor seperti dukungan politik lokal, jaringan koneksi, dan kemampuan untuk beradaptasi dengan dinamika sosial menjadi krusial dalam menentukan hasil Pilkada terutama dalam konteks Pilkada di Kabupaten Tanjab timur pada tahun 2024 ini.
Saya berharap kita sebagai masyarakat Tanjab Timur yang bergerak kearah yang lebih mengedepankan rasionalitas dan inklusif, kita harus menyadari bahwa, Mengangkat diskusi tentang kalkulasi mitologi suku dalam proses Pilkada menjadi level diskusi pada kalkulasi ilmiah adalah langkah penting dalam membangun demokrasi yang matang di Tanjung Jabung Timur. Ini bukan hanya tentang mencapai kemenangan melalui agregasi suara dari satu kelompok etnis tertentu saja, akan tetapi bagaimana sebuah komunitas dapat merangkul keberagaman dan memilih pemimpin berdasarkan pada evaluasi rasional dan holistik. Memahami kompleksitas pemikiran seperti ini memberikan landasan yang lebih kuat bagi proses politik yang inklusif dan progresif di daerah di Kabupaten Tanjung Jabung Timur.
Dengan demikian, Pilkada bukan hanya sekadar perhitungan mitos tentang kekuatan suku tertentu, tetapi juga refleksi dari bagaimana masyarakat Tanjung Jabung Timur terus bergerak maju dalam menegakkan prinsip-prinsip demokrasi yang sejati. Dengan pendekatan yang lebih luas dan inklusif, kita dapat memastikan bahwa, setiap pemilihan kepala daerah merupakan langkah menuju pemerintahan yang lebih responsif dan berdaya saing yang pada akhirnya akan menjawab semua kebutuhan dasar yang diinginkan oleh masyarakat Bumi Sepucuk Nipah Serumpun Nibung ini.