TANJAB TIMUR – Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Tanjabtim) akan segera berlangsung, dan perhatian masyarakat tertuju pada dua pasangan kandidat, yaitu Dillah – Muslimin Tanja dan Laza – Aris.
Masing-masing pasangan membawa latar belakang, pengalaman, dan visi yang berbeda bagi masyarakat Tanjab Timur. Berikut adalah analisis Pengamat Komunikasi Politik, Dedi Saputra terhadap kekuatan dan kelemahan masing-masing pasangan kandidat.
Dillah – Muslimin Tanja : Pengalaman dan Visi yang Kuat
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dedi Saputra memaparkan, Pasangan Dillah – Muslimin Tanja memiliki visi yang kuat untuk membangun Tanjab Timur dimasa mendatang. Dillah Hikmah Sari Hich, merupakan anak dari Abdullah Hich yang dikenal sebagai “Bapak Pembangunan” di Kabupaten Tanjab Timur, kembali mencalonkan diri dalam Pilkada setelah sebelumnya bertarung pada Pilkada 2015. Sebagai seorang perempuan yang cerdas dan visioner, Dillah memiliki pemahaman mendalam tentang wilayah dan kebutuhan masyarakat Tanjab Timur. Pengalamannya di akar rumput dan pengakuan luas dari masyarakat membuat Dillah bukanlah sosok yang asing di telinga pemilih.
Pasangannya, Muslimin Tanja, adalah anak muda yang telah mengembangkan jaringan dan kemampuan akademiknya di Ibu Kota Jakarta. Setelah menempa diri disana, Muslimin kembali ke kampung halamannya dengan tekad untuk membangun Tanjab Timur. Kombinasi pengalaman Dillah di tingkat lokal dan pengalaman Muslimin di Jakarta dapat menjadi kekuatan yang signifikan dalam mendorong pembangunan kabupaten ini.
Laza – Aris : Popularitas Tanpa Visi
Sementara itu, menurut Dedi Saputra, pasangan Laza – Aris selama kampanye dilapangan hanya menampilkan popularitas ganteng semata tanpa ada visi yang kongkret.
Disisi lain, pasangan Laza – Aris menghadapi tantangan besar dalam merebut hati masyarakat Tanjab Timur. Laza, adik dari Zumi Zola yang pernah terjerat kasus korupsi, baru muncul beberapa bulan ini sebagai calon bupati. Meskipun memiliki daya tarik fisik dan memimpin DPD PAN, Laza dinilai belum memberikan gagasan segar atau inovatif yang diperlukan untuk membangun kabupaten ini. Ketiadaan proses pendidikan politik yang baik juga menjadi kelemahan yang mencolok bagi Laza.
Sementara Aris, yang sebelumnya pernah menjabat sebagai Ketua DPRD Tanjab Timur, juga dinilai memiliki kinerja yang minim. Banyak pihak yang menganggap Aris sebagai “ban serap” bagi Laza, tanpa kemampuan kepemimpinan yang jelas dan visi yang konkret untuk masa depan Tanjab Timur.
Dedi Saputra memberikan kesimpulan analisisnya, bahwa Pasangan Dillah – Muslimin Tanja menawarkan kombinasi pengalaman dan visi yang jelas untuk masa depan Tanjab Timur, dengan rekam jejak yang kuat di tingkat lokal dan pengalaman akademik serta jaringan yang luas. Sementara itu, pasangan Laza – Aris menghadapi tantangan besar dengan latar belakang yang kontroversial dan ketiadaan visi yang jelas. Pemilih Tanjab Timur dihadapkan pada pilihan antara pengalaman dan visi yang kuat melawan popularitas tanpa arah. Meskipun masih ada waktu beberapa bulan kedepan, namun sulit bagi Laza-Aris untuk mengimbangi pasangan Dillah-Muslimin yang sudah mengakar diakar rumput.