TANJAB BARAT – Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Republik Indonesia Harvick Hasnul Qolbi dan Sekretaris Jenderal Serikat Tani Islam Indonesia H Iqbal Sayuti beserta rombongan melakukan kunjungan kerja ke Kabupaten Tanjung Jabung Barat Provinsi Jambi, Selasa (22/8/23).
Kedatangan Wamentan Harvick dan rombongan disambut secara langsung oleh Bupati Kabupaten Tanjung Jabung Barat H. Anwar Sadat, Wakil Bupati H Hairan para Unsur Forkopimda dan OPD terkait di Masjid Syekh Ustman Kuala Tungkal.
Bupati H. Anwar Sadat menyampaikan ada beberapa komoditi unggulan yang dikembangkan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat yaitu Kelapa Dalam dengan luas tanam 51.539 Hektar, Pinang seluas 13.645 Hektar, Kopi Liberika 2.869 Hektar, Kelapa Sawit 75.997 Hektar dan Karet 7.388 Hektar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
”Pada sub sektor perkebunan masalah yang dihadapi saat ini adalah penurunan harga yang sangat tajam dalam 2 (Dua) Tahun terakhir khususnya pada komoditi Kelapa dalam dan Pinang,” ungkap Bupati didepan Wamentan.
Bahkan saat ini di Tingkat Petani kata Bupati, harga Kelapa dalam hanya berkisar Rp 1.000,- per butirnya. Sedangkan biji pinang kering hanya mampu dijual Petani pada harga Rp3.000,- hingga Rp 5.000,- per kilogram, dimana sebelumnya mencapai diatas Rp20.000,- per Kilogram.
”Akibat rendahnya harga jual dua komoditi tersebut, berdampak serius pada penurunan daya beli Petani di Tanjung Jabung Barat di Pasar-Pasar di Wilayah Hilir Kabupaten,” ungkap Bupati.
Bupati menyebutkan, permasalahan di sektor pertanian terutama rendahnya harga jual beberapa komoditi perkebunan diatas telah didiskusikan baik di Tingkat Kabupaten maupun di Tingkat Provinsi.
”Besar harapan kami melalui Pak Wamentan, permasalahan ini dapat dikaji dan mendapat perhatian secara Nasional,” katanya.
Gayung bersambut dengan apa yang disampaikan Bupati, Wakil Menteri Pertanian Republik Indonesia Harvick Hasnul Qolbi menyebutkan, dirinya berada di Kabupaten Tanjung Jabung berada di tengah-tengah Kebun Kelapa dalam, yang beberapa waktu ini harganya cukup turun.
”Harga ekspornya kalau dari sini ke Malaysia. Pemerintah memberikan bantuan memitigasi permasalahan ini. Karena memang daya belinya sendiri di Malaysia menurun,” katanya.
Wamentan menyebutkan, sehubungan dengan permalasahan yang dihadapi untuk menggairahkan agar Petani tidak kehilangan mata pencaharian, Pemerintah melakukan kegiatan-kegiatan yang sifatnya Hilirisasi.
”Kalau kemarin lebih banyak ekspor, sekarang Pemerintah melalui berbagai instrumen yang ada berupaya membeli secara utuh, juga untuk pemasaran di dalam negeri menyeimbangkan harganya,” jelasnya.
Menurutnya Hilirisasi penting sekali artinya memang ada juga kebutuhan-kebutuhan yang sifatnya masih berupa produk-produk di Hulu.
”Jika di Hilirisasi ini penting, bagaimanapun juga produknya kalau istilah kami di Kementerian Pertanian Produk Meja bisa langsung sampai dimasyarakat yang otomatis menjadi nilai tambah baik disisi Petani, Peternak Pekebun,” katanya.
Dengan demikian sambung Wamentan, Pemerintah bisa segera tahu harga eceran tertinggi yang pas dimana.
Termasuk anjloknya harga Pinang?, Wamentan Harvick menyebutkan soal anjloknya harga bukan di sektor pangan saja tapi sektor energi lain.
”Jadi yang bisa kita lakukan adalah bagaimana kita menjaga ini tetap stabil dengan upaya-upaya pembelian secara langsung menyerap lebih banyak daripada ekspor,” katanya.
Editor : Redaksi