JAMBI – Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Jambi 2024 yang mempertemukan dua pasang kandidat, Maulana-Diza dan HAR-Guntur, justru tidak mencerminkan persaingan ketat sebagaimana biasanya terjadi dalam Pilwako.
Pengamat komunikasi politik Jambi menilai bahwa meskipun Pilwako ini hanya diikuti oleh dua pasang kandidat, yang seharusnya mendorong persaingan semakin sengit menjelang pencoblosan, justru sebaliknya, tensi pertarungan politik semakin menurun.
Menurut Dedi, pasangan HAR-Guntur hingga saat ini belum menunjukkan perlawanan yang signifikan terhadap pasangan Maulana-Diza.
“Biasanya, dalam Pilwako yang hanya diikuti dua pasang kandidat, persaingan memanas seiring dengan makin dekatnya waktu pencoblosan. Namun, dalam konteks Pilwako Jambi kali ini, pasangan HAR-Guntur tampak stagnan dan belum mampu memunculkan gerakan politik yang mengguncang posisi Maulana-Diza,” kata Dedi.
Dedi memaparkan, salah satu penyebab stagnannya pergerakan HAR-Guntur adalah minimnya diferensiasi program dan visi yang disampaikan. HAR-Guntur, yang diharapkan dapat menawarkan alternatif kuat, belum berhasil memposisikan diri sebagai kompetitor yang solid. Hal ini semakin diperparah dengan waktu yang kian menipis menjelang pencoblosan, namun strategi pasangan ini masih terkesan lamban dan tidak efektif dalam menarik perhatian pemilih.
“Dengan waktu yang tersisa, HAR-Guntur belum mampu menunjukkan peningkatan elektabilitas atau strategi komunikasi yang cukup untuk menantang dominasi Maulana-Diza,” lanjutnya.
Disisi lain, Menurut Dedi, pasangan Maulana-Diza terus melaju dengan solid, didukung oleh program-program yang jelas dan figur pasangan yang dianggap kuat oleh publik. Ini membuat mereka semakin tak tergoyahkan.
“Maulana-Diza sudah punya pijakan kuat sejak awal, dan HAR-Guntur sejauh ini gagal memberikan perlawanan yang berarti. Dengan kondisi ini, Maulana-Diza cenderung unggul tanpa perlu menghadapi dinamika persaingan yang tajam,” jelasnya.
Dengan kondisi tersebut, Pilwako Jambi 2024 justru menjadi kurang menarik dari sisi dinamika politik. Persaingan yang diharapkan lebih intens menjelang akhir kampanye, berakhir dengan ketegangan yang datar. Banyak pengamat yang menyayangkan kurangnya gebrakan dari HAR-Guntur, yang berpotensi membuat Pilwako kali ini tidak terlalu ‘greget’ bagi masyarakat yang menantikan pertarungan sengit.